Tuesday, September 06, 2005

Hari kemarin........




Masya Allah, aku baru inget klo kemarin hari miladku (tgl lahirku). koq baru inget hari ini ya...?? padahal biasa-biasa aja ga sibuk-sibuk amat, hmmm. Btw, ga ada yang ngasih surprise nich !!! not even my husband, nah loch? tp emang masku itu kemarin sibuk banget dikejar-kejar sama bosnya untuk menyelesaikan laporan.
Ya Allah ampuni segala kesalahan yang telah hamba lakukan, lindungi hamba dan keluarga hamba, lindungilah kami, jagalah kami, tetapkanlah kami agar selalu berada di jalanMu yang lurus.
Syifa.....maafkan bunda ya
Ayah.... maafkan bunda juga ya

Thursday, August 18, 2005

Persaingan dalam bis umum

Kalau anda sering naik transportasi umum alias bis, pasti sering lihat yang namanya pengamen or peminta elit (itu loch yg sekedar suaranya minta dihargai mis: baca puisi atau sedikit ancaman/gertak sambal). Suatu hari, di sekitar kebon jeruk dekat meruya, ada seorang ibu yang membawa anaknya (mungkin ya...???) seperti biasa ia menebarkan amplop kepada penumpang. Tapi belum selesai ibu itu menyebarkan amplopnya, naiklah seorang pengamen lengkap dengan gitarnya, dan tanpa kode apapun ia langsung memainkan jurus mautnya untuk mengambil simpati para penumpang. Karuan saja ibu itu langsung ambil langkah cepat dengan segera bernyanyi mendahului si pengamen bergitar. Eeeh...bukannnya berhenti dulu pengamen bergitar itu malah terus memetik gitarnya dan bernyanyi sekeras mungkin untuk mengalahkan suara si ibu.

Alhasil si ibu segera bergegas menjumput kembali amplopnya dan ketika berpapasan dengan si pengamen bergitar, kudengar ia sedikit bergerutu, "udah tau gue duluan yang naik maen nyerobot aja.....!" jadilah si ibu itu kurang memetik hasil yang memuaskan dari usahanya bernyanyi "baru sekarang aku merasakan blablabla.....". tapi si pengamen bergitar pun seakan tak perduli dengan celotehan si ibu karena ia terus bernyanyi dengan syahdunya. di akhir nyanyian ia tak lupa memberikan penutup alakadarnya sambil mohon maaf kalau ia merasa mengganggu terus kenyamanan penumpang, "emang ia", jawabku dalam hati.

Rupanya si pengamen agak lebih beruntung karena ia mendapat sumbangan lebih banyak daripada si ibu tadi. Tanpa sengaja pula aku menoleh ke sisi kiri belakangku, dan kulihat ibu pengamen tadi sedang jongkok dan sambil mengusap-usap matanya, tampaknya ia menangis. miris hatiku melihatnya, sebuah pemandangan yang sangat menohok jiwaku. bayangkan, ia hanya berusaha mencari sesuap nasi sambil menggendong anaknya di atas bis. Mungkin terlihat gampang tapi nyatanya, ada juga persaingan yang ketat di dalamnya. Bagaimana jika aku adalah si IBU tadi...??? tak terbayangkan beratnya perjuangan hidup di ibukota. Alhamdulillah nasibku bisa dikatakan lebih baik dari Ibu tadi, " Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? "

Monday, August 01, 2005

Mo Nyoba neeh......

Menulis ternyata gampang-gampang susah yaa.... tapi terinspirasi dr blognya my sister Mba HANUM (http://azayaka2004.blogspot.com) jd beraniin diri dech nulis-nulis dikit gituuu! Jadi mohon doa dan restunya yaa, smoga bisa menulis dengan baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Thursday, July 14, 2005

10 Langkah Bagi Ayah Ibu Bekerja

Membesarkan anak dengan baik memang tidak mudah bagi pasangan suami istri yang bekerja. Dengan sepuluh panduan berikut mudah-mudahan mereka dapat menjalankan tugas sebagai orang tua dan pasangan karier secara seimbang.

Lebih dari tiga puluh tahun terakhir, dengan pelbagai alasan sosioekonomi semakin banyak pasangan suami-istri yang harus bekerja. Kegiatan masing-masing anggota keluarga di luar juga meningkat, akibatnya waktu berkumpul antara anak dan orang tua atau saudara-saudara
mereka semakin sedikit. Anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama pengasuh atau malah bermain sendiri di rumah.

Kecenderungan ini, menurut Daniel Amen, M.D., direktur medis The Center For Effective Living, akan menimbulkan dampak sosial serius jika orang tua tidak memberikan kepemimpinan yang kuat kepada anak-anak mereka. Psikiater anak, remaja dan dewasa ini menyodorkan sepuluh panduan untuk membesarkan anak secara sehat dalam keluarga dengan kedua orang tua bekerja.

1. Waktu.
Hubungan orang tua-anak yang baik memerlukan waktu yang memungkinkan mereka berkumpul secara fisik. Tidak perlu berjam-jam. Yang penting, orang tua secara konsisten meluangkan sedikit waktu bersama anak-anak hampir setiap hari. Ketika bersama mereka, jauhkan gangguan dan konsentrasikan perhatian kita kepada mereka. Waktu adalah tonggak penyangga pengasuhan yang baik.

2. Jadilah pendengar yang baik.
Bila anak-anak mengetahui bahwa kita benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan, mereka akan lebih bersemangat untuk berbagi perasaan dan pikiran. Sebaliknya, kalau orang
tua merendahkan gagasan anaknya atau "rajin" mengkritik kata - katanya, anak itu akan menarik diri dan memilih lebih dekat pada teman. Karenanya, jika ingin memiliki pengaruh dalam kehidupan anak, mari menjadi pendengar yang baik. Mereka akan menerima kita bila kita membantu mereka memecahkan masalah.

3. Tentukan harapan yang jelas.
Memberitahukan anak apa yang kita harapkan darinya akan membentuk perilaku yang baik. Jangan ragu-ragu melibatkan mereka dalam pekerjaan sehari-hari dan untuk membantu
menyelesaikan tugas-tugas di lingkungan rumah. Kebanyakan anak pasti akan mengeluh. Begitupun, kita harus berusaha agar mereka senang dilibatkan. Pada anak yang berperan serta dalam urusan rumah tangga, akan tumbuh etika kerja dan umumnya ia lebih merasa menjadi bagian dari keluarga.

4. Jangan membiarkan rasa bersalah.
Banyak orang tua merasa bersalah karena bekerja seharian di luar rumah. Sebagai kompensasinya, mereka membiarkan anak berperilaku buruk dan tidak disiplin. Orang tua yang
baik adalah yang tegas. Merasa bersalah merupakan tindakan kontraproduktif.

5. Jangan menggantikan kasih sayang atau waktu dengan uang.
Memang penting untuk mengajarkan anak-anak bagaimana mengelola uang, tetapi jangan gunakan uang sebagai pengganti waktu atau kasih sayang kita. Pesan materialistis di televisi mudah sekali merasuki anak dan membangkitkan keinginan mereka untuk membeli ini dan itu. Bagaimana kita dapat membentengi mereka dari pengaruh buruk ini? Kita buat mereka untuk selalu berusaha bila ingin memperoleh sesuatu. Sesuatu yang diperoleh
melalui bekerja, akan lebih terasa nilainya.

6. Jangan terlalu sering gonta-ganti pengasuh.
Satu dari kebutuhan psikologi yang penting pada anak adalah bahwa ia terasuh dengan baik dan penuh kasih secara terus-menerus. Oleh karena itu kita memerlukan pengasuh. Dengan menggunakan pengasuh kecemasan kita akan berkurang selama kita bekerja. Namun sebelum menyerahkan anak pada seorang pengasuh, berikanlah kesempatan untuk terciptanya keakraban dan kedekatan antara anak dan si calon pengasuh. Sering gonta-ganti pengasuh dapat membahayakan anak. Untuk mencari orang yang tepat atau situasi yang baik bagi anak, kalau perlu, pergilah ke tempat yang jauh!

7. Kuncinya: pengawasan.
Sering kali ketika ditinggalkan orang tua, anak terjerumus dalam masalah. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak bermasalah sering berasal dari keluarga yang kurang atau tidak diawasi. Anak-anak tidak begitu saja tahu sejak lahir, mana perilaku baik, mana
yang buruk. Mereka perlu diajari dan kemudian diawasi. Karenanya, sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui di mana anaknya, sedang bersama siapa, dan sedang ngapain. Memang, anak sering mengeluh kalau ia diawasi ketat, tetapi anak-anak yang tidak diawasi juga sering merasa bahwa orang tua mereka tidak peduli dengan mereka!

8. Beri perhatian lebih saat ia baik.
Ini bagian paling berat sebagai orang tua. Kita cenderung lebih memperhatikan anak-anak ketika mereka menjengkelkan. Sebaliknya, jauh lebih sulit untuk memperhatikan perilaku baik mereka. Namun, jika ingin anak berperilaku baik, berilah perhatian pada hal-hal yang kita sukai dari mereka. Kalau anak merasa diabaikan, secara bawah sadar ia akan berperilaku salah untuk menarik perhatian kita. Memperhatikan mereka sewaktu mereka baik, memang memerlukan usaha.

9. Hukuman itu untuk mendidik.
Orang tua yang bekerja di luar rumah, cenderung mengalami kelelahan dan mudah jengkel. Maka mereka lebih mudah kehilangan kontrol terhadap anak-anak. Ini dapat menimbulkan masalah. Jangan pernah menghukum anak ketika kita sendiri tidak dapat mengontrol diri. Gunakan hukuman untuk mendidik, bukan untuk melampiaskan kemarahan.

10. Berikan teladan dalam relasi.
Anak belajar berelasi dari orang tua mereka. Mereka juga merasa paling aman jika melihat orang tua saling memperlakukan pasangannya dengan baik. Maka hal terbaik yang dapat
dilakukan bagi anak-anak kita adalah mencintai pasangan kita.

Sumber: Disadur dari Majalah Intisari Edisi Juli 2001