Thursday, February 23, 2006

Berjuang Menjadi Orangtua Yang Cerdas


Berawal dari keprihatinan menghadapi situasi masa kini, sebagian orangtua bersatu membentuk komunitas. Tekadnya sederhana,mencerdaskan sesama orangtua agar terhindar dari "kesesatan". Mereka berusaha menjadi orangtua kritis yang tak begitu saja menerima resep dokter, atau terbujuk iklan.

Mungkin beginilah paradoks zaman modern, ketika arus kehidupan dikendalikan konsumerisme. Kekuatan bujukan iklan sering kali membuat seseorang merasa tak berdaya. Apalagi bagi orang yang tak punya akses cukup untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai produk tersebut.
Kalau sudah begini, apa yang diklaim dalam iklan sering kali menjadi hal yang dipercaya begitu saja.

Anak-anak sering menjadi obyek penderita kesalahpahaman. Sebab itu,yang dicerahkan harus orangtuanya. Dengan mailing list, kami bergerilya," tutur Purnamawati S Pujiarto SpAK, MMPed yang mengampanyekan penggunaan obat secara rasional (rational use of drug/RUD) kepada konsumen medis.

Selama tiga tahun terakhir ini, Wati, demikian sapaannya, berusaha membina dan mencerdaskan para orangtua melalui komunitas maya yang diberi nama Grup Sehat. Moto komunitas ini "be smarter be healthier". Upayanya, yang telah tahunan dirintis, didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ibu empat anak ini juga menjadi salah satu konsultan WHO.

Kini, pada mailing list sehat@yahoogroups.com telah tercatat 3.218 anggota dari penjuru Indonesia hingga yang bermukim di luar negeri. Para orangtua dapat berkonsultasi bebas dengan Wati dan sejumlah dokterlain,sampai dibimbing mempelajari ilmu kesehatan terkini dari berbagai situs terpercaya.

Pujiati (29), yang tinggal di Surabaya, dulu kerap bolak-balik ke dokter anak karena putranya, Bagas (24 bulan), sering sakit. Setiap kali sakit Bagas selalu diberi antibiotik serta obat berbentuk puyer. Ketika itu dia belum paham, antibiotik tak diperlukan untuk pengobatan batuk pilek pada anak-anak yang umumnya disebabkan virus.

Virus dapat dilawan dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Kalau penyakit itu disebabkan bakteri, baru diperlukan antibiotik. Sebagian dokter bahkan sering memberikan antibiotik paling ampuh, mahal, yang sebenarnya justru antibiotik spektrum luas (broad spectrum). Akibatnya, beragam bakteri yang tergolong baik pun turut tergilas.

"Setelah bergabung dengan Grup Sehat, saya baru menyadari semua praktik itu kelirumologi alias salah. Kini, kunjungan ke dokter anak sangat jarang, dan anak saya sehat. Kalau batuk pilek cukup home treatment saja. Banyak minum air putih hangat, makan makanan yang disukainya,dan istirahat. Kalau demam, saya kompres dia dengan air hangat atau minum obat penurun panas saja. Enggak perlu antibiotik dan suplemen," tutur Pujiati.

Tak mudah bagi Pujiati menularkan pengetahuan itu kepada suaminya.Sang suami malah sempat mengira komunitas yang diikutinya beraliran aneh.Orang awam memang kerap mengira komunitas ini anti-obat,anti-antibiotik, bahkan anti-dokter. Padahal sama sekali tidak.Koridor konsep RUD-lah yang menjadi pegangan Grup Sehat.

"Antibiotik itu anugerah kehidupan, harus dieman-eman (disayang-sayang).Ketika kita betul-betul membutuhkan antibiotik, dia adalah penyelamat jiwa," ujar Wati yang kini mendirikan Yayasan Orang Tua Peduli.

Penggunaan antibiotik secara tidak rasional justru memunculkan bermacam bakteri yang bermutasi, dan resisten terhadap antibiotik (superbugs).Sementara penemuan antibiotik baru tidaklah secepat perkembangan munculnya bakteri baru. Semakin sering menggunakan antibiotik secara tak rasional, malah menyebabkan anak sering jatuh sakit. Belum lagi risiko seperti gangguan hati pada anak, seperti kerap ditemukan Wati, yang juga ahli hepatologi anak ini.

Proses menyenangkan

Selain RUD, para anggota komunitas juga memperoleh informasi obyektif menyangkut pemenuhan gizi anak, serta problem klasik seperti anak susah makan. Tipikal sebagian orangtua masa kini yang tergopoh-gopoh menjejali anak dengan obat ketika jatuh sakit biasanya diikuti pula dengan memberi anak berbagai suplemen penambah nafsu makan dan susu formula.

"Beredarnya susu bubuk yang mengklaim bisa menjadi pengganti makanan lengkap juga banyak dipahami orangtua secara sesat. Padahal, makan itu proses belajar,eksplorasi, yang penuh dengan unsur hiburan. Sebagian orangtua sering mengambil cara praktis ketimbang bereksperimen dengan menu agar disukai anak," kata Wati.

Gempuran iklan susu formula di media massa juga dapat mendoktrin sebagian orangtua bahwa anak harus minum susu formula. Padahal, bayi hingga usia enam bulan harus eksklusif minum air susu ibu (ASI).Usia diatas satu tahun, selain ASI, bayi cukup diberi susu sapi cair tanpa pengawet, yang telah disterilisasi dengan teknik ultrahigh temperature(UHT) atau pasteurisasi. Aneka susu yang menyebut ditambahi berbagai zat penting untuk perkembangan otak hanyalah klaim yang tidak berlandaskan
prinsip ilmiah evidence based medicine (EBM).

"Di luar negeri, anak di atas satu tahun masih minum formula akan ditertawakan tenaga medis. Di atas satu tahun, susu bukan segalanya.Gizi anak terutama dari makanan. Orangtua harus paham piramida makanan.Siapa bilang anak harus gemuk, yang penting anak itu sehat," tutur Wati yang prihatin dengan praktik pemasaran susu formula yang, menurut dia,semakin tak etis.

Yosi Kusuma Ningrum (27) mengaku dulu sempat termakan iklan susu formula. Susu berharga ratusan ribu rupiah itu dibelinya demi sang buah hati. Agen pemasaran susu formula kerap meneleponnya, membujuk dia agar anaknya diberi susu formula supaya gemuk.

"Sekarang enggak lagi. Mendingan uangnya ditabung untuk pendidikan anak kelak. Tetapi orang-orang, bahkan keluarga sendiri, sering sinis. Mereka bilang, kok anakku dikasih susu murah, padahal kedua orangtuanya bekerja," ujar Yosi, ibu seorang anak yang tinggal di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

Tanpa tes alergi

Sebagian dokter pun sering kali terlalu mudah mendiagnosis seorang anak alergi susu sapi, tanpa melakukan tes alergi terlebih dahulu. Pujiati pernah mengalami hal ini, dan memberi anaknya susu bubuk kedelai yang harganya relatif lebih mahal. Nyatanya, setelah tak lagi minum susu bubuk kedelai pun, anaknya tak bermasalah.

Anak Pujiati dan Yosi yang meminum susu sapi biasa tetap sehat,lincah,dan mudah buang air besar meskipun mereka sama sekali tidak lagi mengonsumsi suplemen vitamin dan penambah nafsu makan.

Hal krusial lain dalam masalah kesehatan anak adalah imunisasi.Kesalahpahaman seputar imunisasi kerap terjadi, mulai dari isu autisme hingga pemberian imunisasi secara tunggal. Beragam riset seperti WHO,Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan Institute of Medicine (IOM) telah menegaskan vaksinasi measles, mumps, rubella(MMR)tidak berkorelasi dengan autisme. Bayi dan anak-anak pun dianjurkan
divaksinasi secara simultan sehingga meminimalkan kunjungan ke dokter,mengurangi risiko tertular penyakit di rumah sakit, serta anak cepat terbentengi imunitasnya.
Belum lagi dokter yang "bereksperimen" dengan meresepkan obat yang tidak perlu untuk mengurangi efek demam dari imunisasi.

Anak saya pernah diresepkan luminal setelah imunisasi DPT(difteri-pertusis-tetanus). Padahal, luminal itu obat penenang saraf.Katanya, biar orangtua enggak repot," tutur Alia Indardi (34), ibu dari tiga anak, yang tinggal di Jatiwaringin, Bekasi.

Alia lantas mengatakan kepada dokter tersebut bahwa dia tidak akan menebus obat itu.
Alasannya, dampak demam dari imunisasi adalah gejala yang normal.Jika anaknya terganggu dengan demam tersebut,pemberian obat penurun panas saja sudah mencukupi.

Untuk anak yang sedang kejang saja, luminal sudah tidak direkomendasikan lagi.
"Coba kalau pasiennya tidak memiliki informasi yang cukup dan berimbang,kan pasti sudah langsung menurut saja.Jadilah anak itu dikasih obat penenang saraf," ujar Alia.

sumber:
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/19/keluarga/2447692.htm

Agar Bayi Tumbuh Sehat

Untuk memulai kehidupan yang berkualitas pada buah hati Anda,pastikan tempat bersalin yang Anda pilih mendukung ASI eksklusif.Segera sentuhkan puting susu ibu pada mulut bayi segera setelah dia dilahirkan.

Setelah itu pastikan juga bayi segera divaksinasi hepatitis B segera setelah lahir.
Ketika anak sakit, tanyakan kepada dokter, apa penyebabnya dan bagaimana tindakan yang perlu dilakukan.Sebaiknya Anda tidak semata-mata bertanya tentang apa obatnya saja.

Jangan segan untuk terus bertanya tentang hal yang ingin Anda ketahui untuk kesehatan anak meskipun sang dokter terkesan malas menjawab.Oleh karena itulah, Anda tidak perlu "ikut-ikutan" untuk selalu memilih dokter yang dibanjiri pasien.

Hindari penggunaan beragam obat pada saat yang sama (polifarmasi),untuk kondisi yang tidak perlu. Hindari antibiotik jika sakit disebabkan virus. Infeksi karena bakteri pada radang tenggorokan, misalnya,perlu bukti kultur bakteri dengan mengambil usap tenggorok.

Jika memang anak memerlukan antibiotik, pastikan dokter meresepkan antibiotik spektrum sempit yang bekerja pada bakteri yang dituju.Infeksi ringan pada saluran napas, telinga, atau sinus hanya perlu antibiotik yang bekerja pada gram positif. Tak ada salahnya berkonsultasi dahulu dengan ahli farmakologi-secara online
misalnya-sebelum obat dikonsumsi anak.

Fotokopi resep

Fotokopi semua resep yang diberikan dokter dan diarsip. Hal ini dapat membantu Anda jika anak mengalami reaksi efek samping obat. Hal serupa juga baik dilakukan untuk seluruh anggota keluarga jika memperoleh resep dokter.

Jangan pernah memberikan nomor telepon rumah, seluler, ataupun nomor telepon kantor Anda kepada agen pemasaran produk susu formula/makanan bayi di pasar swalayan. Sebab, boleh jadi nantinya Anda akan terus "diteror". Maksudnya, ditelepon dan dibujuk supaya anak Anda terus mengonsumsi produk mereka.

Ikuti dan pantau perkembangan masalah kesehatan dari situs-situs terpercaya yang dapat dijadikan sumber informasi. Misalnya,www.sehatgroup.web.id,www.mayoclinic.com, www.iwandarmansjah.web.id,www.idai.or.id, www.who.org, www.aap.org, www.cdc.gov, www.ibfan.org,dan www.breastfeeding.com. (SF)

NB : Bunda dah ikutan loch jadi member milis SEHAT, ada yg mo ikutan? cmiiw

Wednesday, February 22, 2006

Against Child Abuse


A poem from Sarah


My name is Sarah

I am but three,
My eyes are swollen
I cannot see,

I must be stupid,
I must be bad,
What else could have made
My daddy so mad?

I wish I were better,
I wish I weren't ugly,
Then maybe my Mommy
Would still want to hug me.

I can't speak at all,
I can't do a wrong
Or else I'm locked up
All the day long.

When I awake I'm all alone
The house is dark
My folks aren't home.

When my Mommy does come
I'll try and be nice,
So maybe I'll get just
One whipping tonight.

Don't make a sound!
I just heard a car
My daddy is back
From Charlie's Bar.

I hear him curse
My name he calls
I press myself
Against the wall.

I try and hide
From his evil eyes
I'm so afraid now
I'm starting to cry.

He finds me weeping
He shouts ugly words,
He says its my fault
That he suffers at work.

He slaps me and hits me
And yells at me more,
I finally get free
And I run for the door.

He's already locked it
And I start to bawl,
He takes me and throws me
Against the hard wall.

I fall to the floor
With my bones nearly broken,
And my daddy continues
With more bad words spoken.

"I'm sorry!", I scream
But its now much too late
His face has been twisted
Into unimaginable hate.

The hurt and the pain
Again and again
Oh please God, have mercy!
Oh please let it end!

And he finally stops
And heads for the door,
While I lay there motionless
Sprawled on the floor.

My name is Sarah
And I am but three,
Tonight my daddy
Murdered me.

There are thousands of kids out there just like Sarah. And you can help.

It sickens me to my soul, and if you just read this and don't pass it on I pray for your forgiveness, because you would have to be one heartless person to not be affected by this email. And because you are affected, do something about it!! So all I am asking you to do is take some time to send this on and acknowledge that this stuff does happen, and that people like her dad do live in our society, and pray for child abuse to wither out and die, but also pray for the safety of our youth.

Please pass this poem on as a Blue Ribbon Against Child Abuse because as crazy as it might sound, it might just indirectly change a life.

Please forward if you are

*~*~*AGAINST CHILD ABUSE *~*~

Langkah Mudah Detoks Alami




Sampai kini masih banyak orang yang tidak yakin bahwa air bisa dijadikan sarana penyembuhan. Padahal, menurut Prof.S. Periasamy DIM dan D.ACC. Bohiraj Vedante Maharish Charity dari Kantha Health Anda Research Center, Karur, India, berbagai keluhan semisal sakit kepala, asma, darah tinggi, kencing manis, penyakit mata, rematik, batu ginjal, haid tidak teratur, kegemukan, leukemia, batuk, radang tenggoro, sembelit, dan lain-lain bisa sembuh dengan terapi air.

Bagaimana air bekerja sehingga bisa menyehatkan tubuh? Menurut keyakinan dari India tersebut, minum air biasa dengan metode yang benar bisa memurnikan tubuh manusia. Saat tubuh digelontor banyak air, usus besar bekerja lebih efektif dengan cara membentuk darah baru, dalam istilah medis dikenal sebagai aematopaises.

Dalam proses mucousal fold (proses penghancuran bahan yang masuk pencernaan), usus besar dan usus kecil diaktifkan. Demikian juga darah segar yang baru juga diproduksi oleh mucousal fold pada saat gelontoran air terjadi. Mekanisme ini bisa membersihkan usus. Dengan usus bersih, gizi makanan mudah diserap.

Gizi makanan itu diubah menjadi darah baru. Darah merupakan hal paling penting dalam menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan. Karena itu, air hendaknya dikonsumsi secara teratur.
Berikut langkah mudah detoksasi alami:

Minum air
Awalnya mungkin terasa sulit minum 1,5 liter air sehari. Mulailah dengan minum empat gelas dulu, diminum dua gelas. Lalu, yang dua gelas lagi diminum dua menit kemudian. Awalnya Anda akan buang air kecil dua sampai tiga kali dalam tiga jam, tetapi setelah beberapa lama, akan normal kembali.

Perubahan diet.
Untuk membuang seluruh sisa racun tentuk tak cukup dengan asupan air yang cukup, tetapi perlu perubahan diet dengan fokus pada bahan makanan yang lebih alami. Makanan instan pasti mengandung bahan kimia dan pengawet yang tidak seharusnya berada dalam tubuh. Kebanyakan dari jenis makanan tersebut tidak mengandung nilai nutrisi sama sekali.

Sebagai pilihan diet untuk mereka yang kelebihan berat badan, konsumsi air putih harus ditambah satu gelas setoap11 kg kelebihan berat badan. Contohnya tinggi badan dikurangi 110, berat badan ideal 50 kg. Nah, karena overweight, berat badan sekitar 75 kg. Kalau mengikuti aturan minum air putih tadi, ANda seharusnya minum paling sedikit 10 gelas (8 ditambah 2) air putih dalam sehari.

Tidur cukup
Sebagian besar orang membutuhkan tidur 6-8 jam sehari tiap malamnya, untuk memberikan kesempatan bagi tubuh beristirahat dan segar kembali. Jadi, cobalah tidur lebih awal beberapa kali dalam seminggu. Ingatlah untuk minum segelas air sebelum dan sesudah bangun tidur.

Perawatan kulit
Ketika Anda lalai merawat tubuh, kulit akan menunjukkan akibatnya. Dengan detoksifikasi, kulit akan kembali sehat, sehingga tampak lebih bersinar dan segar. Sesekali, untuk menghasilkan kulitwaajah yang lebih "wah", semprotkan facial spray. Hal ini akan menstimulasikan aliran darah ke wajah.

OLahraga teratur
Berolahraga akan membantu tubuh Anda berada dalam kondisi siap "perang" terhadap penyakit dan tentu saja akan membantu tubuh tetap sehat dan bugar. Lakukan olahraga sesuai kemampuan. Sesuaikan takaran latihan dengan kemampuan fisik Anda.

Sumber: Senior

"This Week about Syifa"




This week, Syifa dah bisa jalan 3-4 langkah. kadang2 " Walk like runner " means jalan tapi lari. As her mother, I can't wait to see her walk easily. sebentar lagi, 2 Maret tepatnya Syifa bertambah umurnya jadi 1 tahun.....horeeee eh Alhamdulillah.

Thursday, February 09, 2006

Hukuman Fisik Bagi Anak, perlukah?

"Bunda yang sabar ya sama Syifa........"

Hukuman Fisik Bagi Anak, Perlukah?
-----------------------------------

eramuslim - Melihat anak berbuat salah, orang tua ataupun guru
sering tak kuasa untuk tidak memberikan hukuman badan (fisik) pada si anak.
Padahal, hukuman fisik itu belum tentu perlu.
Sebab, hukuman macam ini justru sering berdampak buruk.
Ada cara lain yang lebih baik dan patut dianut.

Kita masih ingat, pada tahun 1960-an atau 1970-an,
masih banyak orang tua yang menghukum anak dengan sabetan
gagang kemoceng atau sapu, hanya gara-gara anak memecahkan
piring murahan, tidak mau disuruh ke warung atau mengerjakan PR.
Atau kalau di sekolah, ada guru yang menghukum anak push up
sampai pucat pasi lantaran terlambat datang.
Pikir mereka, si anak bakal jera melakukan kesalahan yang sama

Kini, hukuman badan justru sering digugat efektivitasnya oleh kalangan orang
tua,
para pendidik, maupun psikolog. Hukuman badan ada kalanya memang berdampak
positif.
Namun, terbuka pula peluang untuk melahirkan dampak negatif.

Secara filosofis, orang tua merasa bertanggung jawab untuk mendisiplinkan
dan menghukum anak demi kebaikan si anak sekarang dan kelak.
Bahkan, secara tradisional pun, hukuman badan telah diterima sebagai salah
satu metode sangat efektif untuk mengendalikan dan mendisiplinkan anak.
Hal ini didukung oleh masyarakat yang percaya bahwa hukuman badan penting
untuk mencegah degradasi moral, baik dalam kalangan rumah tangga maupun
masyarakat.

Di sekolah, hukuman badan masih sering digunakan.
Banyak guru atau para pendidik berpendapat, ketakutan murid pada hukuman
fisik akan menambah kekuatan atau kewibawaan guru.
Dengan demikian sang murid akan lebih mudah dikendalikan.
Namun, ini bukanlah satu-satunya cara untuk mengendalikan murid atau anak.

Ada banyak metode yang bisa dipilih untuk menumbuhkan kepatuhan atau
kedisiplinan.
Namun, jika semua metode tersebut sudah tidak mempan, hukuman badan bisa
dijadikan
jalan terakhir untuk menumbuhkan kepatuhan.

Bisa berakibat buruk
--------------------

Terhadap hukuman yang diterima, si anak bakal memberikan reaksi aktif atau
pasif.
Rekasi aktif dapat dilihat saat hukuman berlangsung. Umpamanya, berteriak,
mengentak-entakkan kaki, dll. Sedangkan reaksi pasif pada umumnya tidak
ditunjukkan
di depan orang tuanya. Contohnya, menyalurkan kemarahan kepada
adiknya atau pembantu rumah tangganya.

Sebenarnya secara psikologis, manusia mempunyai kapasitas dan kemampuan
untuk berbuat baik atau buruk. Hukuman badan mungkin akan mendukung perbaikan
perilaku buruk mereka. Jika digunakan secara tepat, hukuman badan akan menjadi
cara paling tepat untuk menurunkan atau mengurangi kelakuan yang tidak bisa
diterima.
Contohnya, acap kali orang tua memberikan hukuman badan bila anak tidak
mau melakukan aktivitas tertentu macam membuat PR atau melakukanlatihan-latihan
lain.

Dalam kasus ini, hukuman badan dapat merusak keinginan atau motivasi anak
untuk mengerjakan aktivitas tersebut. Sehingga aktivitas berikutnya dilakukan
karena paksaan atau rasa takut, bukan karena keinginannya sendiri,
dan dilaksanakan semata-mata hanya untuk menghindari hukuman.

Pekerjaan yang demikian akan dirasakan anak tidak nikmat.
Hukuman fisik, menurut Neil A.S. Summerheil asal AS dalam bukunya
A Radical Approach to Children Rearing, merupakan suatu usaha untuk
memaksakan kehendak. Walaupun tujuan utamanya untuk menegakkan disiplin anak,
tindakan ini dapat berakibat sebaliknya. Anak menjadi frustrasi.
Selanjutnya, anak hanya merespons pada tujuan hukuman itu sendiri.

Banyak anak merasa bahwa menerima hukuman badan tidak terhindarkan,
sehingga mereka menjadi resisten (kebal) terhadap hukuman tersebut.
Hukuman badan tidak membuat mereka melaksanakan suatu aktivitas dengan baik.
Sebaliknya, anak akan cenderung membiarkan dirinya dihukum daripada
melakukannya.

James Dobson asal Illinois, AS, dalam bukunya Dare to Dicipline menekankan,
hukuman badan tidak akan mencegah atau menghentikan anak melakukan tindakan yang
salah.
Ganjaran fisik ini justru bisa berakibat buruk. Bahkan, dapat mendorong anak
untuk meneruskan dan meningkatkan tingkah lakunya yang salah.
Riset ahli lain, Leonard D. Eron, menunjukkan hukuman fisik dikhawatirkan
malah mendorong anak untuk bertingkah laku agresif.

Celakanya, orang tua sering kali malah bereaksi terhadap agresivitas ini
dengan menggunakan cara yang salah, misalnya dengan meningkatkan intensitas
serta frekuensi hukuman badan. Tidak heran kalau anak kemudian malah meniru
tingkah laku agresif orang tua atau orang dewasa yang menghukumnya.
Di sini secara tidak sadar orang tua telah mengajarkan anak untuk berperilaku
agresif.

Gunakan hukuman variatif
Hukuman badan secara fisiologis dan psikologis memiliki dampak jangka pendek dan
panjang.
Efek fisik jangka pendek misalnya luka memar, bengkak, dll.
Sedangkan dampak fisik jangka panjang misalnya cacat seumur hidup.
Efek psikologis jangka pendek, misalnya merasa marah, sakit hati,
jengkel untuk sementara waktu. Dampak ini tentu lebih ringan dibandingkan
dengan efek psikologis jangka panjang,seperti merasa dendam yang mungkin
sampai bertahun-tahun. Bahkan, Philip Greven dalam bukunya Spare the Child:
The Religious Roots of Punishment and the Psychological Impact of Physical Abuse
menyatakan,
efek psikis jangka panjang itu termasuk disasosiasi bermacam
bentuk seperti represi atau amnesia, pikiran terbelah serta kekurangpekaan
perasaan.

Hukuman yang muncul karena orang tua khawatir kehilangan kewibawaan,
bukan upaya untuk menunjukkan kasih sayang atau melatih anak agar disiplin pada
aturan,
akan menimbulkan reaksi negatif.
Menurut Neil, anak akan merasa hukuman sebagai lambang kebencian orang tua
kepada mereka.
"Tidak heran kalau kemudian anak bereaksi negatif," tegasnya.
Arnold Buss seorang psikolog dalam bukunya Man in Perspective mengingatkan,
bila hukuman diberikan terlalu sering dan anak merasakan hal ini tidak dapat
dihindarkan,
anak akan membentuk rasa ketidakberdayaan (sense of helplesness).

Anak tidak belajar apa pun dari hukuman tersebut, tetapi cenderung menerimanya
tanpa merasa bersalah.
Konsekuensinya, menurut ahli dari Kanada ini, hukuman tidak mempunyai arti
apa-apa bagi mereka.
Rasa tidak berdaya ini dapat dikurangi dengan menggunakan hukuman yang variatif,
tidak monoton.
Kondisi bertambah parah apabila anak mempunyai pandangan negatif terhadap
dirinya sendiri
sehingga anak tidak dapat memisahkan antara perilaku dengan kepribadian mereka
yang sebenarnya.
Mereka lalu menganggap dirinya memang bukan anak yang baik, tidak lagi memandang
bahwa kelakuan
mereka yang salah. Akibatnya, anak akan merasa rendah diri. Bila rasa tidak
berdaya terhadap
rasa rendah diri ini terbentuk, maka anak akan terus memandang diri mereka
sebagai
anak yang tidak baik. Akibatnya, mereka akan terus berperilaku buruk.

Mereka pikir memang begitulah orang lain memandang dirinya.Dalam kasus ini
kemungkinan
untuk memperbaiki keadaan itu sangat sulit.Tanpa hukuman badanMenurut Debby
Campbell,
seorang pendidik asal Ottawa, Kanada, dalam bukunya About Dicipline and
Punishment,
efektivitas hukuman badan lebih tergantung pada metodenya ketimbang
frekuensinya.
Setiap kali menerima hukuman, memang anak akan jera untuk melakukan kesalahan
yang sama.
Namun setelah menerima hukuman, pada umumnya anak akan berusaha menarik
perhatian
orang tuanya untuk memperlihatkan penyesalan mereka atas perbuatan buruknya.

Setelah situasi emosionalberakhir, sering kali anak ingin berada dalam pelukan
orang tuanya.
"Saat ini orang tua harus menyambut dengan pelukan hangat, penuh kasih sayang.
Di sini pembicaraan dari hati ke hati antara anak dan orang tua perlu
dilakukan," tambah Dobson.
Di sinilah hukuman berdampak positif karena dapat meningkatkan perasaan cinta
kasih
antara anak dan orang tua. Sebenarnya ada berbagai cara untuk mendidik anak agar
mereka menaati
suatu aturan atau melaksanakan suatu aktivitas. Tidak perlu harus dengan hukuman
badan.

Sekali lagi, hukuman badan harus dipandang sebagai jalan terakhir.Jalan terbaik
antara lain dengan memberikan teladan yang baik.Dengan demikian si anak akan
mempelajari
tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka perbuat. Metode non-hukuman badan
bentuk lain
adalah metode time out dengan mengisolasi si anak dalam ruangan kurang nyaman
baginya
selama beberapa menit. Atau, anak diminta mengerjakan sesuatu yang kurang
menyenangkan baginya,
misalnya membersihkan kamar mandi, menyapu, dilarang menonton TV seharian, dll.

Namun hendaknya anak diberi peringatan sebelum hukuman dilaksanakan.
Jika hukuman badan tidak dapat dihindarkan, A.M. Cooke dalam bukunya
Family Medical Guide memberikan beberapa saran hukuman badan seperti apa yang
patut dilakukan:
- Memukul anak dengan menggunakan telapak tangan terbuka pada pantat, kaki, atau
tangan.
- Hukuman diberikan cukup satu kali sehari.
- Jangan memberikan hukuman badan pada anak yang berusia kurang dari 1 tahun.
- Sedapat mungkin hindari hukuman pada saat orang tua sedang pada puncak emosi.
- Hukuman diberikan singkat dan sungguh-sungguh, segera setelah kesalahan
dilakukan.
(Suprayetno Wagiman)

"Semoga ALLAH SWT memberi hidayah kepada mereka yang melecehkan Nabi Allah SWT"

KARTUN NABI DAN REAKSI UMAT

Oleh Syamsi Ali


Dua minggu terakhir ini, hampir di seantero dunia Islam terjadi demonstrasi besar-besaran menentang penerbitan sebuah gambar kartun yang dituliskan sebagai kartun nabi Muhammad SAW. Demonstrasi bahkan tidak saja terjadi di dunia Islam, tapi juga di berbagai belahan di dunia barat, termasuk di AS. Bahkan yang menyedihkan, reaksi keras umat Islam di berbagai belahan dunia telah memakan korban jiwa dan kepemilikan. Sedikitnya 4 orang meninggal dunia ketika terjadi bentrokan antara demonstran dan polisi di Afghanistan. Sementara gedung perwakilan Denmark di Lebanon dibakar oleh demonstran.


Bagi banyak kalangan, barangkali mereka sempat dibuat terheran-heran oleh reaksi keras umat Islam ini. Dalam benak mereka, kenapa harus bereaksi demikian?

Kenapa sampai umat Islam itu menjadi sangat emosional oleh sebuah kartun itu?

Apalagi bukankah kita hidup dalam dunia global yang salah satunya adalah bebas berekspresi? Pemuatan kartun yang disebut sebagai gambar nabi Muhammad itu, menurut editor harian tersebut, tidak lebih dari "freedom of _expression".


Dua Pelecehan


Pemuatan kartun yang digambarkan sebagai Muhammad SAW ini merupakan pelecehan dalam dua sisi. Pertama adalah visualisasi nabi Muhammad yang jelas dilarang dalam agama. Dan kedua adalah ditampilkannya dengan sebuah sorban dari bahan peledak yang siap meledak.


Yang pertama bagi saya pribadi, bukanlah suatu hal yang terlalu luar biasa.

Ada dua alasan: Pertama, karena gambar apapun yang dibuat sudah pasti hanya sekedar imajinasi yang bukan sebenarnya. Hingga saat ini belum ada orang yang bisa menggambarkan tampilan lahiriah Rasulullah SAW. Semua gambar yang dianggap gambar orang-orang lalu, seperti Isa AS, Maryam AS, dll., semuanya adalah palsu dan tidak sebenarnya. Sehingga pengakuan kartun itu sebagai Nabi Muhammad adalah kebohongan semata. Persis gambar-gambar yang diakui sebagai gambar nabi Isa yang ada di mana-mana sekarang ini.


Kedua, larangan menggambar Nabi Muhammad tentunya berlaku bagi umat Islam.

Sebab sebuah aturan hukum Islam ditujukan untuk mereka yang percaya dengan agama ini. Bagi mereka yang mengkafirinya tentu susah mengharapkan untuk mengikuti aturan yang ada dalam agama ini. Beribu macam gambar yang mereka telah lakukan, khususnya jika disearch di internet. Oleh karenanya, saya tersinggung dengan gambar yang disebutkan sebagai gambar Nabi Muhammad, tapi saya sadar mereka yang melakukan itu memang tidak terikat dengan hukum agar tidak memuat gambar tersebut.

Justeru, menurut saya pribadi, aspek kedua dari kartun itulah yang paling menyakitkan bagi umat ini. Nabi Muhammad digambarkan sebagai seseorang yang siap melakukan pembunuhan, apalagi dengan sorban yang dipakai dikepala seperti bom yang siap meledak.
Artinya, Nabi Muhammad itu memang mengajarkan "suicide bombing" yang tidak saja membunuh orang lain, tapi juga dirinya sendiri.

Penggambaran ini sangat menyakitkan. Muhammad SAW bagi seorang Muslim adalah sosok yang sangat dicintai, bahkan melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menegaskan: "Tidak beriman di antara kalian hingga dia mencintai aku lebih dari mencintai dirinya, orang tuanya, dan anaknya" (Hadits). Umar pernah ditanya olehnya: "Apakah kamu cinta kepada Rasulullah wahai Umar?" Beliau menjawab: "Betul wahai Rasulullah SAW, tapi tidak melebihi kecintaan saya kepada diri saya sendiri". Rasulullah berkata: "Tidak wahai Umar. Kalau kamu cinta kepada Rasulullah, kecintaan itu harus melebihi dari kecintaan kamu kepada diri kamu sendiri". Sejenak Umar diam, lalau berkata: "

Saya mencintai engkau wahai Rasulullah lebih dari kecintaan saya pada diri saya sendiri". Rasulullah kemudian berkata: "Itulah makna kecintaan kepada Rasulullah wahai Umar" (Hadits).

Dengan demikian, pelecehan kepada Rasulullah adalah bentuk pelecehan yang lebih menyakitkan ketimbang kepada diri umat Islam itu sendiri.
Dan keinginan untuk membela Rasulullah lebih dari keinginan untuk membela diri sendiri. Inilah rahasianya, umat Islam saat ini bereaksi keras terhadap pembuatan kartun tersebut.

Selain itu, penggambaran Rasulullah sebagai "suicide bomber" secara langsung pula tuduhan kepada semua pengikutnya sebagai "suicide bombers". Hal ini dikarenakan bahwa Muhammad SAW adalah "uswatun hasanah" (contoh tauladan) bagi setiap Muslim. Sehingga kalau yang terbaik saja adalah pembunuh, maka semua yang mengikutinya juga adalah pembunuh. Maka tuduhan kepada Nabi Muhammad itu juga tuduhan kepada semua umat Islam di seatero dunia. Inilah yang menjadikan umat bereaksi hampir di semua penjuru dunia.


Pelecehan akal jernih

Penggambaran Rasulullah sebagai tukang bunuh itu adalah pelecehan akal sehat manusia, sekaligus pelecehan peradaban manusia yang dianggap modern itu.

Sejarah membuktikan bahwa Muhammad SAW tidak saja dikagumi oleh pengikutnya, tapi beribu orang lain juga mengaguminya. Mulai dari Gandhi hingga ke Bernard Show dan ribuan intelektual dalam berbagai bidang telah memberikan pujian tinggi kepadanya.

Pada saat ribuan manusia di dunia barat masuk ke agama ini karena kagum kepada ajaran Rasulullah, masih ada segelintir manusia yang tertutupi oleh kebodohannya sendiri. Setiap hari puluhan atau mungkin ratusan non Muslim di dunia barat mengikuti ajaran Muhammad SAW. Ternyata masih ada segelintir mereka yang mengaku "civilized" itu buta melihat "kenyataan" di hadapan mata mereka sendiri. Mereka yang mengikuti ajaran Muhammad itu karena mereka memang "intelligent"

(cerdik), dan bukan karena sekedar ikut-ikutan atau disuap para da'i seperti yang banyak terjadi dan dilakukan oleh para missionary di dunia lain.

Oleh karenanya, diterbitkannya kartun yang menggambarkan Rasulullah SAW sebagai pembunuh itu adalah pelecehan yang nyata terhadap pikiran sehat manusia.

Hanya mereka yang tidak memiliki pikiran sehat, dan hanya mereka yang buta realita dan sejarah yang memahami Rasulullah dengan persepsi yang seperti itu.


Freedom of _Expression?

Alasan yang dipakai oleh harian Denmark untuk tetap bersikukuh tidak ingin meminta maaf adalah bahwa apa yang telah dilakukanya adalah kebebasan berpendapat atau freedom of _expression. Bagi mereka, mempermainkan orang-orang panutan seperti Isa, Muhammad, Musa, dll., adalah hal biasa dan tidak ada apa-apanya untuk dipusingi.


Tapi benarkah menggambarkan seorang nabi sebagai "suicide bomber" adalah sekedar kebebasan ekspresi? Nampaknya ada semacam "confusion" di kalangan masyarakat barat dalam mengartikan kebebasan. Seolah kebebasan itu tidak memiliki pertimbangan-pertimbangan yang justeru membatasinya, sehingga kebebasan dapat dipertanggung jawabkan.

Bebas bereskpresi tapi sekaligus menyakiti orang lain adalah sebuah eskpresi yang tidak bertanggung jawab. Oleh karenanya, kebebasan apa saja, termasuk kebebasan ekspresi mau tidak mau harus berlandaskan kepada sebuah tanggung jawab individu maupun social. Jika tidak, maka hidup ini akan menjadi kacau karena pelecehan kepada orang lain terjustifikasi oleh kebebasan (freedom).


Sebagai contoh, ada sebuah kebebasan yang disebut kebebasan memilih (freedom of choice). Setiap orang bebas memilih sesuai pilihan masing-masing. Tapi apakah memilih isteri orang untuk dipacari dapat dianggap "freedom of choice"

yang sehat? Dapatkah sikap ini dianggap sebagai kebebasan yang harus dihormati, atau sebaliknya sang suami berhak melakukan pembelaan?

Clash between Civilizations

Saya curiga, jangan-jangan kartun ini adalah pancingan lanjutan untuk menjustify kebenaran clash among civilizations, khususnya antara Islam dan dunia barat. Nampaknya harian Denmark ini telah menjadi alat untuk memancing reaksi keras umat yang mengarak kepada clash permanent. Seolah-olah konsepsi-konsepsi barat seperti kebebasan tidak sama sekali sejalan dengan values yang dimiliki oleh Islam. Dan kerenanya, memang konsep clash itu adalah benar.


Jika ini benar, maka sungguh manusia berada dalam jurang yang sangat berbahaya. Kita hidup dalam dunia "interdependable", di mana satu komunitas membutuhkan yang lain. Oleh karenanya, jika konsep clash among civilization dipromosikan secara vulgar, maka sekali lagi manusia berada dalam situasi yang serius.


Reaksi yang Islami


Umat Islam tentunya berhak untuk melakukan reaksi keras atas pelecehan terhadap panutan umat ini. Muhammad adalah bagian mendasar dari keimanan seorang Muslim. Keyakinan kepada "Laa ilaaha illah Allah" tidak akan terwujud jika eksistensi Rasuluallah terabaikan. Maka "Muhammadan Rasulullah" adalah bagian kedua syahadat yang mutlak keberadaannya.


Oleh karena ini menyangkut masalah iman, maka sangat wajar jika menjadi sebuah hal yang sangat sensitif. Menyangkut sebuah "perasaan" yang bisa saja membara. Penggambaran nabi Muhammad yang menyulut amarah iman pengikutnya. Apalagi, akahir-akhir ini memang masalah agama, dan khususnya Islam, menjadi sebuah penomena sensitif, yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan semua pihak.


Namun demikian, reaksi umat Islam seharusnya mengingatkan kita sebuah ayat: "

Dan jika kami mencintai Allah, maka ikutlah kepadaku". Artinya kecintaan kita kepada Allah SWT, dan dengan sendirinya juga kepada nabiNya, seharusnya digambarkan dengan mengikut kepada bagaimana kehidupan Rasulullah SAW. Sebuah kehidupan yang tegar dengan kebenaran, dan dengan menempuh cara-cara yang "non violent".

Sepanjang sejarah hidup Rasulullah SAW, beliau tidak pernah menempuh cara kekerasan untuk mencapai tujuan, kecuali dalam posisi mempertahankan diri.

Artinya, metode Rasulullah dalam upaya mencapai tujuan mulia tidak pernah diekpresikan dengan cara-cara kekerasan.


Kita diingatkan bahkan jauh sebelum diangkat menjadi Rasul sekalipun, beliau telah menunjukkan karakternya, tidak saja sebagai seseorang yang cinta damai, tapi lebih dari itu beliau adalah inisiator perdamaian. Kita diingatkan oleh kisah pengembalian "Hajar Aswad" ke tempat aslinya, yang hampir saja menjadikan pertumpahan darah di antara pemimpin kabilah-kabilah Arab.

Beliaulah yang

melahirkan ide cemerlang sehingga terhindarilah pertumpahan darah tersebut.

Kita diingatkan oleh beliau ketika keluar ke kota Thaif mencari peluang da'

wah. Di sana justeru beliau dilempari batu oleh orang-orang gila dan anak-anak hingga darah beliau mengucurkan darah. Di saat-saat beliau terduduk kelelahan dan kehausan, datanglah malaikat menawarkan: "Jika engkau mau wahai Muhammad, maka gunung ini akan saya balik dan menghancurkan mereka semua", katanya. "

Tidak. Saya datang bukan untuk memusnahkan tapi untuk membawa petunjuk" jawab Rasulullah SAW.


Beliau kemudian berdoa dengan doa yang cukup panjang. Tapi salah satu isi doa yang terkenal itu: "Ya Allah tunjukilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak tahu".


Rasulullah mengingatkan kita di saat beliau melakukan persetujuan dengan pembesar Mekah di awal tahun Hijrah. Salah satu isi perjanjian itu adalah, bahwa jika ada Muslim yang melarikan diri ke Madinah, maka Rasulullah harus mengembalikannya ke Mekah. Sebaliknya, jika ada yang masuk ke Mekah, maka tidak ada kewajiban pembesar Mekah untuk mengembalikannya ke Madinah. Sebuah perjanjian yang berat sebelah, tapi diterima demi menjaga perdamaian.


Perjanjian ini juga mirip dengan perjanjian Hudaibiyah di kemudian hari.

Bahkan Umar sempat protes dan tidak menerima persetujuan tersebut. Namun Rasulullah menerima perjanjian yang berat sebelah itu demi terjaganya perdamaian antara kaum Muslim di medinah dan kaum kafir di Mekah.


Mungkin bukti sejarah yang paling menakjubkan adalah sejarah penaklukan kota Mekah oleh Rasulullah SAW. Sepanjang sejarah hidup manusia telah banyak sejarah penaklukkan dan peperangan. Tapi satu-satunya penaklukan yang tidak menimbulkan pertumpahan darah, bahkan "general amnesty" segera diumumkan segera setelah Rasulullah dan pasukannya memasuki kota Mekah.


Bukti-bukti sejarah di atas dan terlalu banyak lagi yang tercatat oleh tinta emas sejarah Rasulullah SAW menunjukkan prilaku alami (the natural manner of) Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok yang bukan saja cinta damai, tapi telah membuktikan "kedamaian" yang hakiki dalam kehidupannya.


Maka, dalam melakukan reaksi ini seharusnya mengikut kepada "uswah hasanah"

ini. Bukan dengan kekerasan dan tidak pula melakukan reaksi dengan melakukan hal-hal yang justeru bisa dijadikan "justifikasi" oleh pihka lain untuk membenarkan tuduhan-tuduhan jahat mereka. Mereka ingin mendapatkan justifikasi lanjut bahwa umat Islam itu keras, emosional dan tidak rasional dalam berpikir.

Padahal, rasionalitas kita mengatakan membela kehormatan Rasulullah adalah sebuah tanggung jawab. Namun mereka akan membalik logika ini dengan mengatakan bahwa memang "nature" orang-orang Islam itu adalah emosional dan kurang rasional.


Akhirnya, mari kita ingat ayat Allah: "Dan hamba-hamba Yang Maha Rahman adalah mereka yang berjalan di atas bumi ini dengan rendah hati.
Dan jika orang-orang jahil menyapanya (mengganggunya) mereka merespon "salaama"

(peace)" (Al

Furqan). Kita juga seharusnya ingat: "Kebaikan dan keburukan itu tidaklah sama.

Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang bermusuhan dengan engkau seolah-olah sebagai teman yang setia" (Fusshilat: 34).


"Allahumma ihdi qaumi fa innahum laa ya'lamuun" Amin!

New York, 7 Pebruari 2006

Syifa's First Step



Hari Rabu kemarin, yup Rabu kemarin..... Syifa has done her first step . Subhanallah well done My child. Bertumpu di atas kakinya sendiri juga dah bisa even only for a few seconds.
finally, She's 11 months and second weeks. closer to her first year.

Sejauh ini Syifa baru bisa bilang mam,om,opo,ay (buat ayah) tp nyebut bundanya belum tuch hiks hiks ;-(

I really miss u, I want to hug u now. I wish I can bring u with me to the office, but maybe we just have to wait for the right time